Pernah mereka bicara denganku lalu bertanya jika aku punya hati yang tertinggal. Sejenak aku termenung memikirkan maksudnya sebelum menyatakan tiada. Kelmarin persoalan itu kembali menyelusuri seluruh benak kefahamanku, menyedari bahawa ada hati yang tertinggal di diriku. Hati itu khuatir, tidak ku ketahui siapa yang punya, kerana aku masih tercari-cari pemiliknya. Di fikiranku sudah terbayangkan siapa dan nyata bukan yang berhak untuk dimiliki. Lalu aku pula bertanya pada diriku sendiri, bagaimana yang ku terfikirkan tidak lolos untuk menjadi pemiliknya? Sudahku terdaya memikirkan yang berhak namun mana mungkin aku terdaya untuk memaksa jika hakikatnya tidak berhak! Sangat kasihan hati itu, tertinggalnya tiada yang empunya...
"It's only through writing that I've ever been able to suppress life's personal disappointments. When I can't write I feel anxious and out of sorts and am easily riled, though I'm usually able to control my emotions..."["Hanya dengan menulis aku mampu menekan segala kekecewaan peribadi hidup. Bila aku tidak menulis, aku merasa cemas & tidak keruan serta mudah gusar, walau selalunya aku bisa mengawal emosiku..."]
- Pramoedya Ananta Toer (The Mute's Soliloquy: A Memoir)
Saturday, May 28, 2011
HATI YANG TERTINGGAL (02/03)
Labels:
PUISI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment